Dokter Ungkap Alasan Osteoporosis Sering Disebut Silent Killer

Read Time:1 Minute, 51 Second

petbrowser.us, JAKARTA – Ketua Umum Masyarakat Osteoporosis Indonesia (PEROSI) Dr. Tartza Z Tamim Sp. K.F.R mengatakan masyarakat perlu memahami penyebab osteoporosis yang gejalanya seringkali luput dari perhatian karena merupakan silent killer.

“Gejalanya ‘silent’, kadang tidak ada gejalanya, jadi harus selalu ‘waspada’ gejalanya, seperti nyeri pada persendian, tulang belakang, dan tentu saja patah tulang,” kata Tartza di sela-sela acara. Kesehatan. Tengah. Diskusikan pencegahan osteoporosis bersama Anlene di Jakarta, Kamis (4 Mei 2024).

Osteoporosis, atau pengeroposan tulang, terjadi ketika rongga internal membesar sehingga menimbulkan celah yang membuat tulang rapuh dan rentan patah.

Memperbesar rongga tulang juga dapat menyebabkan keretakan dan perubahan bentuk struktur, seperti kelengkungan tulang belakang, penurunan tinggi badan, atau skoliosis, kata Tirza.

Patah tulang tulang belakang dapat menyebabkan perubahan bentuk tulang, skoliosis, kekusutan, dan penurunan tinggi badan yang merupakan tanda-tanda osteoporosis, jelas Tirza.

Ia mengatakan, penyebab osteoporosis adalah mudahnya keropos karena kurangnya aktivitas yang tidak melibatkan tekanan pada otot dan tulang.

Selain itu, pola hidup yang tidak sehat seperti merokok, minum minuman keras, berat badan kurang dari indeks massa tubuh atau kurang gizi juga menjadi faktor risiko terjadinya osteoporosis selain faktor usia.

Tirza juga menambahkan, sifat genetik dalam keluarga juga dapat menyebabkan keturunannya terkena osteoporosis sebelum usia 50 tahun, sedangkan orang yang mengonsumsi obat-obatan yang berhubungan dengan penyakit penyerta dapat mengalami pengeroposan tulang lebih cepat.

“Mengonsumsi steroid, antidepresan, obat anti kejang dapat menyebabkan pengeroposan tulang, kekurangan kalsium, vitamin D, merokok dan konsumsi alkohol, diabetes, hipertiroidisme, penyakit ginjal, semua itu bisa menjadi faktor pengeroposan tulang,” jelasnya.

Pemeriksaan kadar kalsium dan kepadatan tulang dapat dilakukan di fasilitas kesehatan untuk mengetahui skor osteoporosis pada lansia, ujarnya.

Anda dapat menjalani tes ketika Anda melihat kaki panjang di satu sisi, punggung melengkung, dan tes laboratorium untuk mengetahui kadar kalsium dalam darah Anda.

Oleh karena itu, Tirza menganjurkan asupan energi, makanan kaya protein, kalsium, vitamin D, dan aktivitas fisik teratur.

Jika lansia sering mengalami dysgeusia dan kesulitan mengunyah, bisa juga dengan meminum susu penguat tulang.

Lansia juga sebaiknya menghindari segala aktivitas yang berisiko terjatuh, menghindari operasi, dan menjalani rehabilitasi penguatan tulang.

“Bidiklah aktivitas fisik dua kali seminggu, dua jam seminggu dengan latihan beban 15-20 menit, dan aerobik 3-5 kali, sehingga bisa mencapai 150 menit intensitas sedang per minggu,” ujar Tirza.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Mengenal 3 Harimau Terbuas di Indonesia, Apa Saja?
Next post 6 Fitur iOS 17 Wajib Dicoba untuk Memperkaya Momen Hari Raya Idul Fitri 1445 H