Ketua IDAI Tak Sarankan Anak yang Belajar Puasa Buka dan Sahur dengan Junk Food, Ini Alasannya

Read Time:1 Minute, 53 Second

petbrowser.us, Jakarta – Anak-anak yang ingin belajar berpuasa di bulan Ramadhan sebaiknya mengonsumsi makanan enak di pagi hari dan makanan berbuka.

Hal tersebut disampaikan oleh Piprim Basara Januarso, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Menurutnya, menu buka puasa dan subhi anak yang baik adalah menu yang bergizi.

“Anaknya sedang tumbuh, jangan sampai gizi buruk,” kata Piprim pada Lokakarya Nasional Juara Imunisasi di Jakarta, Jumat, 8 Maret 2024.

Pada anak yang lebih kecil, yakni di bawah usia dua tahun, kekurangan gizi bahkan dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan.

“Nah, pertumbuhan adalah kunci kecukupan protein hewani. “Sekali lagi nutrisinya berasal dari karbohidrat, protein hewani, lemak esensial, sayur mayur, buah-buahan, itulah zat gizi dasar yang dibutuhkan anak.”

Anak yang berpuasa juga membutuhkan nutrisi penting tersebut.

Sayangnya, banyak orang yang membombardir anak dengan junk food. Junk food tinggi kalori namun miskin gizi dan bisa memicu diabetes. Oleh karena itu, anak harus berusaha mengonsumsi makanan bergizi agar terhindar dari gizi buruk, jelas Piprim.

Ia meyakini, jika asupan makanan sehari-hari anak tercukupi saat berbuka dan sahur, maka puasa tidak akan berujung pada gizi buruk.

Beberapa contoh menu anak di pagi hari atau berbuka puasa merupakan makanan sehari-hari yang tidak sulit ditemukan.

Menurut Piprim, beberapa menu yang disajikan adalah: Nasi Telur Ayam Goreng Opor Ikan Goreng.

“Protein hewani harus cukup.”

Banyak anak yang ingin berpuasa Ramadhan meski belum kenyang. Tak sedikit juga orang tua yang tidak mendukung keinginan anaknya sebagai bentuk olahraga.

Menurut Piprim, anak sebenarnya tidak wajib berpuasa. Oleh karena itu, anak tidak boleh dipaksa untuk berpuasa secara penuh.

“Anak-anak tidak bisa dipaksa berpuasa, mereka bisa berpuasa,” kata Piprim.

Sayangnya, sebagian orang tua membandingkan anaknya dengan anak lain. Misalnya ada anak lain yang kuat berpuasa padahal usianya sudah enam tahun. Meski putranya berusia 10 tahun, ia masih belum kuat.

Berbeda dengan anak usia enam tahun yang sudah kuat. Seorang anak secara fisik kuat untuk berpuasa, tapi secara psikologis kematangannya berbeda.

Piprim menjelaskan, “Ada yang kuat enam tahun sampai matahari terbenam, dan ada yang tidak kuat 10 tahun, jadi tidak bisa dipaksakan.”

Piprim menambahkan, kondisi mental anak erat kaitannya dengan pola asuh orang tua.

“Kondisi psikologis anak erat kaitannya dengan pola asuh orang tua. Kalau orang tua menghargai anaknya, belum mengajarinya berpuasa, tentu setelah 10 atau 11 tahun pun sulit (puasa),” tutupnya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Pekerjaan Aman, 5 Jurusan Kuliah yang Lulusannya Sulit Digantikan Robot di Masa Depan
Next post Jersey Terbaru Timnas Indonesia Bocor, Benarkah Mirip Singapura?